Oleh Labai Korok Piaman
Kebijakan PPKM darurat gagal memenuhi enam target yang ditetapkan selama ini. Pelonggaran kegiatan masyarakat disinyalir justru akan membuka peningkatan kasus yang selama PPKM darurat belum maksimal dilakukan.
Kegagalan ini juga terjadi didaerah Kita, beberapa Kota yang ditetapkan sebagai kawasan pelaksana PPKM darurat selalu berhadapan dengan ritual bulanan keramaian masyarakat yang tidak terbendung. PPKM darurat akhirnya kalah oleh kegiatan keramai masyarakat yang tidak bisa ditertipkan karena sudah menjadi budaya.
PPKM darurat hanya sekedar pembatasan, kebijakan Pemerintah Daerah ini tidak singkron pelaksanaanya ketengah-tengah masyarakat. Silahkan dicek, masyarakat tidak akan mengerti dengan PPKM darurat terserbut. Ini titik masalah PPKM darurat tidak bisa menjadi budaya ditengah masyarakat untuk mengantisipasi penyebaran covid-19.
Perlu diketahui bahwa masyarakat Kita memiliki budaya ritual bulanan keramaian yang akan tercipta setiap datang waktunya. Missal ada namanya bulan maulud maka akan ada keramaian dimasjid, disurau, dimushola, Ada namanya bulan tujuh belasan kemerdekaan, disini ada budaya memperingati kemerdekaan dengan kegiatan ritual seperti panjat pinang, lomba balap karung, dan lomba-lomba yang mendatangkan orang berkumpul.
Ada ritual bulanan baralek maka dimana disetiap Korong, Nagari akan ditemukan orang baralek dengan berkumpulnya orang, Ada ritual bulanan lain yang akan berkumpulnya orang, berpotensi covid-19 tidak akan terbendung penyebaranya.
Ritual bulanan keramaian masyarakat ini sudah terjadi ratusan tahun, budaya turun temurun, Kita pasti dilaksanakannya kegiatan tampa dibuat program, tampa surat edaran dari Wali Nagari, tampa aturan hukum dan lainnya. Maka dipastikan ritual budaya tersebut akan terlaksana ditengah masyarakat untuk mengumpulkan orang.
Penulis menilai PPKM darurat dikalahkah oleh ritual bulanan keramaian masyarakat tersebut. Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan PPKM darurat hanya sekedar acara serimonial memperindah halaman media lokal dan nasional seolah-olah PPKM, PSBB-kah namanya sukses dilaksanakan. Target capain PPKM sangat baik dan bahasa Indah lainnya dimedia. Tapi dilapangan tidak terealisasikan.
Perlu diyakini jika pengendalian covid-19 ini ingin capainya bisa disempurnakan, bisa targetnya tercapai maksimal maka Pemerintah Daerah, masyarakat bersama-sama menghilangkan ritual bulanan keramaian masyarakat. Mari ditengah masyarakat ditiadakan acara yang sudah membudaya tersebut.
Salah satu ritual keramaian masyarakat yang akan datang, secepatnya dibatasi yaitu peringatan kemerdekaan. Sekarang sudah nampak ditengah jalan masyarakat, pemuda Nagari, Desa, RT/RW memintak sumbangan acara keramaian. Ujungnya akan mendatangkan penyebaran covid-19 makin mengganas.
Pemerintah Daerah sesegeranya membuat aturan, himbauan untuk pembatasan ritual keramaian masyarakat disaat acara peringatan kemerdekaan ini, agar pandemik covid-19 bisa diakhiri. Jangan keramaian hari Raya Ibadah saja dibatasi tapi keramaian lain dibiarkan[*].