Oleh : Labai Korok Piaman
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang hewan ternak sapi dibeberapa sumber pasokan sapi qurban untuk Sumbar, seperti Lampung, Jambi, Sumatera Utara, Jawa Timur, Bali dan propinsi lain. Termasuk dibeberapa kabupaten dan kota di Sumatera Barat terkena PMK. Jika kondisi ini tetap berlanjut maka kebutuhan sapi untuk Hari Raya Qurban tidak memadai.
Penulis sangat khawatir juga dengan keadaan ini, maka satu-satunya memaksimalkan keberadaan sapi di tingkat lokal dengan membuat seleksi ketat sapi yang akan dijadikan hewan qurban, tambah membuat pendampingan baru.
Dengan waktu yang ada, harapan semoga pemerintah propinsi dan kabupaten/kota bisa menanggulangi. Harapan sebelum lebaran qurban wabah PMK ini sudah selesai. Ini harapan semua petani dan jamaah qurban.
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Sumbar secara teori harus melakukan langkah seperti Penulis jelaskan dibawah ini selain menutup pasar ternak atau melarang terjadinya jual beli ternak yang terkena PMK.
Sapi tidak boleh berpindah dari satu daerah ke daerah lain, atau perlu dilakukan Inovasi Travel Bubble Sapi (Trabas) yakni sebuah cara untuk mencegah penyebaran virus PMK seperti yang dijelaskan oleh Dinas Peternakan Sumbar pada saat pelatihan-pelatihan untuk peternak.
Maksudnya tindakan yang dilakukan yaitu sapi dari kandang awal harus diperiksa terlebih dahulu dan diberikan dibuktikan oleh Surat Keterangan Kesehatan dari daerah asal.
Setelah dinyatakan bebas penyakit baru bisa dijalankan ke daerah tujuan. Selama perjalanan sapi tidak boleh singgah atau berinterakasi dengan sapi lainnya.
Dan sesampainya didaerah tujuan sapi diperiksa dan dikarantina selama 15 hari. Setelah dinyatakan bebas penyakit maka sapi baru dapat dipasarkan atau dipotong.
Agar peternak tidak salah menilai tenaknya terkena PMK maka beberapa ciri-ciri hewan ternak yang terinfeksi PMK, terlihat demam hingga 39-41 derajat Celcius, ada pembengkakan kelenjar, terutama di daerah mandibula/rahang bawah.
Terdapat luka di sekitar mulut, moncong, gusi, kuku, hingga ambing atau payudara sapi. Terlihat produksi air liur tinggi, disaat makan hewan ternak kesulitan menelan makanan dan hewan tidak mau makan. Disamping itu hewan ternak bernapas dengan cepat dan kesulitan berdiri.
Disekeliling kaki terdapat luka pada kuku mengakibatkan kuku ternak terlepas. Perlu diketahui bahwa ternak dengan gejala diatas akan dengan mudah menularkan PMK ke ternak lainnya dan bisa juga menular kemanusia.
Pada dasarnya peternak tidak usah panik, jika terdapat ciri diatas maka secepatnya dilakukan desinfeksi asset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan kandang, mobil, baju, dll.). Setelah itu musnahkan bangkai, sampah, dan semua produk hewan pada area yang terinfeksi.
Terakhir lakukan vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin. Sebagian tergantung pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah yang tak terlepas dari keterlibatan dokter hewan dan dinas peternakan Sumbar, serta kabupaten/Kota.
Penulis berharap semoga wabah PMK di Sumbar cepat ditanggulangi dan dicarikan solusi sehingga petani tidak dirugikan dan jamaah yang ingin Qurban dihari Raya Idul Adha bisa juga terwuju tampa terganggu dengan sapi PMK[*].