Oleh: H. Irsyad Syafar, Lc, M. Ed (Pembina Yayasan Waqaf Ar Risalah)
1. NASAB YANG MULIA
Nabi kita Muhammad Saw. berasal dari keturunan yang terhormat dan mulia. Ayahnya seorang lelaki yang baik, ibunya juga seorang wanita yang terhormat. Di dalam haditsnya Beliau menyebutkan bahwa dirinya memang orang pilihan dari orang-orang terbaik. Rasulullah Saw. bersabda:
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِبْرَاهِيمَ إِسْمَعِيلَ وَاصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ بَنِي كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ بَنِي كِنَانَةَ قُرَيْشًا وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
Artinya: "Sesungguhnya Allah memilih Isma'il dari anak keturunan Ibrahim dan memilih Kinanah dari anak keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari bani Kinanah, dan memilih Hasyim dari suku Quraisy serta memilihku dari bani Hasyim." (HR Tirmidzi)
Dari hadits ini dapat kita pahami bahwa nasab Beliau sampai ke Nabi Ibrahim adalah dari orang-orang yang dipilih oleh Allah. Dari keturunan Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad adalah dari garis keturunan Nabi Ismail. Dan dari keturunan Nabi Ismail, Nabi Muhammad adalah keturunan dari Kinanah. Sedangkan dari keturunan Kinanah, Nabi Muhammad berada pada garis keturunan Quraisy. Dan keturunan Quraisy yang terbaik itu adalah Bani Hasyim. Dan Hasyim ini merupakan ayah dari Kakek Rasulullah yang bernama Abdul Muththalib.
Secara berurut ayah dan kakek serta buyut Nabi Muhammad sampai ke Hasyim adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Sedangkan nasab Hasyim sampai ke Quraisy adalah: Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Quraisy. Sedang nasab Quraisy sampai ke Kinanah adalah: Quraisy bin Malik bin Nadhr bin Kinanah. Kemudian nasab Kinanah sampai ke Adnan adalah: Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Sedangkan nasab dari Adnan sampai kepada Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim, itu diperselisihkan oleh para Ulama.
Sekilas mari kita berkenalan dengan beberapa kakek dan ayah Nabi Muhammad Saw. :
a. Hasyim
Beliau adalah pemimpin kota Makkah dari seluruh anak-anak keturunan Abdu Manaf. Kehidupannya lumayan berkecukupan dan terhormat. Ia yang menjadi pengendali air minum dan pemberi makan orang-rang yang berhaji ke kota Makkah. Ia jugalah yang pertama kali memberikan makanan terbaik bagi jamaah haji, yaitu makanan khas Arab yang lezat yang bernama tsarid yang terbuat dari daging domba.
Nama asli dari Hasyim ini adalah Amru. Ia digelari dengan hasyim karena Hasyim itu bermakna pemecah sesuatu dan pelopor. Beliaulah yang pertama kali menggagas dua perjalanan bisnis bangsa Arab. Yaitu perjalanan musim dingin (rihlatusy syita) dan perjalanan musim panas (rihlatash Shaif).
Ketika Hasyim bepergian dalam perjalanan bisnisnya ke arah Utara jazirah Arab, ia mampir di Madinah yang waktu itu masih bernama Yatsrib. Disana ia menikahi wanita Madinah yang bernama Salma Binti ‘Amr, dari keluarga Bani ‘Adiy bin Najjar. Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke negeri Syam untuk berbisnis. Sementara Salma ditinggal di Madinah dalam keadaan hamil. Kemudian Hasyim meninggal dunia di Gaza Palestina. Dan Salma melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Syaibah. Setelah dewasa Syaibah bergelar Abdul Muththalib.
b. Abdul Muththalib
Sebagaimana diterangkan di atas, Abdul Muththalib adalah anak Hasyim dengan istrinya Salma binti ‘Amru, wanita Madinah. Dengan demikian, nenek buyut Nabi Muhammad adalah orang Madinah juga. Tidaklah salah kemudian Nabi juga hijrah dan kembali ke Madinah, kampung dari nenek buyutnya.
Setelah meninggalnya Hasyim, kepemimpinan sementara di kota Makkah jatuh ke tangan saudara kandungnya yang bernama Muththalib. Ia seorang yang terpandang dan dipatuhi di kabilahnya. Ketika ia mendengar bahwa Syaibah (Anak Hasyim yang di Madinah) sudah beranjak remaja dan dewasa, maka Muththalib berangkat ke Madinah menjemputnya. Dalam budaya Arab, anak itu ikut nasab ayahnya dan milik keluarga ayahnya. Karena itulah Muththalib pergi ke Madinah menjemput ponakannya tersebut.
Awalnya keluarga Salma di Madinah tidak berkenan melepaskan anak mereka dibawa ke Makkah. Akan tetapi karena kepiawaian Muththalib melobbi Bani ‘Adi dan ibu kandung Syaibah, berhasillah ia membawa Syaibah ke Makkah. Ia mengatakan kepada ibunya: “Anak ini menuju kerajaan ayahnya sebagai penggantinya, dan menuju rumah Allah. maka ibunya dengan rela melepaskan Syaibah dibawa pamannya ke Makkah.
Muththalib memboncengkan ponakannya di atas punggung onta menuju Makkah. Dalam posisi dan kondisi inilah mereka berdua memasuki kota Makkah. Sehingga orang-orang menyebut Syaibah: “Ini Abdul Muththalib, ini Abdul Muththalib (ini budak dari Abdul Muththalib).” Kemudian gelar dan panggilan itu melekat pada diri Syaibah dan menjadi populer dengan panggilan Abdul Muththalib.
Muththalib masih memimpin kota Makkah sampai wafat. Kemudian kepemimpinan kota Makkah kembali kepada Abdul Muththalib sebagai pelanjut ayahnya Hasyim. Sempat juga Naufal paman Abdul Muththalib merebut posisi kepemimpinan setelah wafatnya Muththalib. Namun dengan dukungan dari paman-pamannya di Madinah dari Bani Najjar, dan juga dari kalangan Bani Hasyim, hak kepemimpinan kota Makkah jatuh ke tangan Abdul Muththalib.
Semasa kepemimpinan Abdul Muththalib ada dua peristiwa penting yang terjadi. Pertama peristiwa ditemukannya kembali sumur zamzam, dan yang kedua peristiwa serangan pasukan bergajah ke Ka’bah.
Terkait penemuan sumur zamzam, Abdul Muththalib menjadi tokoh utamanya. Sumur zamzam sudah cukup lama hilang tertutup tanah dan pasir. Maka Abdul Muththalib bermimpi melihat posisi sumur zamzam tersebut dan mendapat perintah untuk menggalinya. Maka ketika terbangun ia segera mencari lokasi yang ditunjukkan dalam mimpinya tersebut. Sehingga kemudian ia berhasil menemukan kembali mata air zamzam. Bahkan dalam penggalian itu ia menemukan beberapa senjata seperti pedang, tombak dan perisai serta harta lainnya dari emas. Semua harta itu ia gunakan untuk kepentingan Ka’bah.
Karena mendapatkan kehormatan dan kekhususan menguasai sumur zamzam ini, maka Abdul Muththalib bernadzar jika ia mendapatkan 10 anak lelaki, ia akan menyembelih salah satunya. Ternyata undian ini jatuh kepada Abdullah ayah Nabi Muhammad yang masih bujang. Hampir saja Abdul Muththalib hendak melaksanakan nadzarnya menyembelih Abdullah. Namun keluarga besarnya melarang eksekusi tersebut dan meminta Abdul Muththalib menebusnya. Maka Abdul Muththalib menyembelih 100 ekor unta sebagai pengganti penyembelihan Abdullah.
Dengan kejadian itu, Nabi Muhammad Saw adalah keturunan dari dua orang yang nyaris disembelih. Yaitu Ismail yang nyaris disembelih oleh ayahnya Ibrahim, dan Abdullah yang nyaris disembelih oleh ayahnya Abdul Muththalib.
Bersambung….