Laki-laki Piaman, Budaya Diwarihkan. - BERNAMA.ID
News Update
Loading...

Minggu, 04 Juli 2021

Laki-laki Piaman, Budaya Diwarihkan.



Oleh Bagindo Yohanes Wempi
Pelosok dunia orang hanya tahu di Piaman ada tradisi warih nan bajawek atau budaya unik yang tidak ada didaerah lain yaitu ketika melamar anak laki-laki jadi menantu, sebagai suami maka harus diagiah uang bajapuik (jemputan) dan uang hilang sebagai apresiasi budaya laki-laki Piaman.

Budaya bajapuik tersebut masih dipakai kebanyak laki-laki di Piaman, kecuali budaya itu hilang jika ada permintaan dari pihak laki-laki atau marapulai karena sesuatu faktor dan lain hal. "Habis adat/budaya dek bakaghilaan".

Namun perlu diketahui oleh pembaca bahwa ada kebiasaan atau budaya Piaman yang unit lain tidak diekspos atau tidak dijelaskan selama ini kepada publik. Diantaranya budaya laki berjiwa atau prilaku "anak dipangku kemenakan dijinjiang/bimbing".

Artinya anak dipangku, anak adalah anak kandung atau anak keterunan biologis dari laki-laki Piaman, dipangku adalah diurus, diberikan pelayanan prioritas utama seperti dikasih makan, pakaian, kebutuhan papan, dan jika diperlukan, serta anak tersebut dilengkapi sampai kebutuhan primer/luxs.

Sedangkan kemenakan/keponakan dijinjiang atau kata lain dibimbing. Artinya seorang lelaki Piaman harus bertanggung jawab dan peduli kepada kemenakannya (anak dari saudara perempuannya). Selain tanggung jawab terhadap anak sendiri. Hal ini terkait dengan sistem matrilineal yang berlaku di Minangkabau.

Dua sikap ini harus diwujudkan, kemenakan dibimbiang tersebut contohnya mamak perlu memberikan pendidikan adat istiadat, membantu kemenakan dalam kesusahan dengan memasukan kemenakan suatu pekerjaan. Atau jika kemenakan ada anak padusi (perempuan) belum mendapat jodoh maka anak laki-laki Piaman/mamak wajib mencairkan jodoh, dan bimbingan lain sifatnya luas.

Disamping uraian diatas ada juga budaya laki-laki Piaman yang wajib selalu dekat dengan "gayek"nya (orang tua). Kedekatan dengan orang tua tersebut diwujudkan dengan laki-laki Piaman wajib melihat gayek minimal sekali dalam satu minggu jika jauh. Sekali-kali dijingau (dilihat) setiap hari. 

Makna dilihat dalam artikata laki-laki piaman datang kerumah, berkabar, membantu orang tua. Jika ada dihalaman rumah penuh sampah, atau rumput sudah menjalar kerumah gadang maka laki-laki Piaman wajib membersihkan, wajib merapikan.

Apalagi rumah orang tua bocor, sudah kusam. Maka laki-laki Piaman sesegera mungkin memperbaiki rumah ortu tersebut. Andai ditemukan palak atau ladang yg semak maka secepatnya dirambah dan ditanami. Begitulah tangung jawab terhadap orang tua.

Andaikan laki-laki Piaman dekat tinggalnya maka budaya yang dipakai adalah orang tua dijingau (dilihat-lihat) setiap hari. Prilaku yang dimaksud disini adalah laki-laki Piaman tersebut wajib singgah dirumah orang tua habis magrib, lalu pergi kelapau. Setelah penat dilapau baru kerumah istrinya. Begitu budaya laki-laki Piaman terhadap orang tuanya.

Terakhir yang dianggap budaya laki-laki Piaman yang perlu diketahui adalah laki-laki Piaman harus mempertenggangkan urang kampuang. Urang kampuang dipatenggangkan dalam pepatah artinya laki-laki Piaman berkawajiban berperan secara sosial ditangah-tangah masyarakat ditempat kelahirannya.

Peran laki-laki dikampung tersebut harus nyata dan nampak  ditengah masyarakat seperti memberi bantuan untuk pembangunan Masjid, membantu kegiatan anak nagari dibidang olah raga, kesenian dan lainnya. Sampai-sampai seking tinggi tangung jawabnya laki-laki Piaman ini dalam pemilihan kapalo mudo, wali korong, wali nagari, dan lainnya masih dilibatkan. 

Laki-laki Piaman dari warih nan bajawek memiliki budaya yang khas dan istimewa. Penulis selaku urang Piaman selalu menjelaskan budaya Piaman kepada Kita pembaca semua agar budaya ini tetap bertahan dan selalu dipakai untuk kebaikan[*].

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done