Oleh : Bagindo Yohanes Wempi
Kampus Universitas Andalas akhir-akhir ini dirundung duka dengan beberapa orang guru besar, dosen meninggal. Kemarin mantan Dekan Fakultas Peternakan, Jafrinur meninggal karena sakit setelah negatif dari penyakit covid-19. Semoga para Guru Besar, Dosen dan Dekan Kami tercinta tersebut diterima amal ibadah, dan segala dosa diampuni oleh Allah. SWT.
Disamping duka di Unand, disisi lain Ada rencana, jika tidak ada aral melintang Kongres Lanjutan Tahap II IKA Unand akan diselegarakan secara meriah. Dimana Kongres Tahap II ini akan memilih Ketua Umum IKA Unand untuk priode 2021-2026.
Nama-nama sebanyak 7 orang calon yang dinyatakan memenuhi syarat administrasi sudah ada, sudah ditetapkan yaitu Dr. Khairul Ikhwan (FISIP), Denny Azani (Fakultas Hukum), Imelda Sari (Fakultas Ilmu Budaya), Novri Handri (Fakultas Ekonomi) dan Suharman Noerman (Fakultas Peternakan), Surya Tri Harto (Fakultas Teknik), Rustian (FMIPA).
Walaupun secara pribadi Penulis agak berhiba karena senior Penulis, Uda Mahyeldi tidak jadi dimaju AFTA karena alumni Fakultas Pertanian berpikir bahwa Uda Mahyeldi yang notabene seorang Gubernur Sumbar tidak elok berkompitisi seperti Pilkada dengan sesama Alumni yang lain di organisasi paguyuban, pernyataan ini Penulis dapat dari senior AFTA, Uda Joni Pertanian.
Tapi Penulis tidak membahas masalah tidak dimajukannya Uda Mahyeldi sebagai calon oleh alumni Fakultas Pertanian Unand. Namun pada kesempatan tulisan ini Penulis memberikan padangan bahwa kerja Ketua Umum IKA Unand terpilih nanti memiliki tugas berat.
Berat tugasnya salah satunya yaitu harus bisa mengayomi seluruh alumni Unand yang sekarang dalam kondisi terpecah-pecah akibat ada kompetisi pemilihan Ketua Umum seperti peragaan kontestasi Pilkada, Pilpres, atau Pemilu. Dengan metode pemilihan Ketua Umum seperti ini akan ada kotak-kotak yang berujung kekecewaan karena ayamnya kalah.
Tidak itu saja pemilihan Ketua Umum DPP IKA Unand ini sudah meninggalkan budaya lama alumni yang selalu menghasilkan Ketua Umum melalui musyawarah mufakat, malalui pemilihan secara aklamasi. Ini budaya yang selalu dianut.
Penulis setuju dengan tulisan DR Khairul Ikhwan disalah satu media daerah beberapa hari yang lalu. Dalam tulisan beliau, bisa Penulis ulang lagi yakni "Berkaca pada pemilihan Ketua Umum IKA Unand sebulnya selalu dilakukan secara musyawarah mufakat yaitu dengan mekedepankan nilai-nilai kebersamaan seperti pemilihan Ketua Umum IKA Unand disaat Asman Amnur dilakukan secara aklamasi tanpa voting.
Begitu juga pemilihan dikongres sebelum-sebelumnya dengan menetapkan Ketua Umum IKA Unand secara aklamasi adalah lulusan alumni Fakultas Hukum Unand yang juga sebagai Gubernur Sumatera Barat pada waktu itu.
Banyak contoh-contoh lain dimana selalu pemilihan Ketua Umum IKA Unand secara aklamasi dengan landasan kekeluargaan. Itu diantar uraian Uda khairul Ikhwan yang menurut Penulis perlu perhatian.
Penulis setuju dengan gagasan dan alur pemikirannya, dimana tetap didorong pemilihan secara aklamasi. Jika memungkinkan, ini bisa dilakukan semua pihak, simpul, sesepuh, peserta Kongres menyepakati muncul Ketua Umum IKA Unand terpilih tidak dari 7 calon yang telah mendaftar atau telah ditetapkan. Hebatkan?.
Andaikan lahir sosok, nama baru dari sebagai Ketua Umum IKA Unand terpilih. Langkah ini terobosan dan budaya yang super bagus. Tidak hanya mempertahankan budaya lama tapi lebih dari itu. Alumni Unand demi kepentingan yang lebih besar bisa memunculkan dan menyepakati calon baru diluar yang ada. Budaya aklamasi tahan uji
Membangun budaya, mempertahankan budaya memang berat, Penulis hanya menyampaikan pemikiran dan harapan agar Kongres IKA Unand bisa melahirkan Ketua Umum yang bisa merangkul semua. Bisa menjembatani semua kepentingan yang ada dilingkungan alumni.
Selamat berkongres IKA Unand Tahap II. Kepada peserta, panitia, kandidat bakal calon Ketua Umum DPP IKA Unand agar bisa bersatu, menyatukan diri untuk kepentingan yang lebih besar alumni untuk lima tahun kedepan[*]
Alumni Faterna Unand.