Oleh : Bagindo Yohanes Wempi
Sekarang wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang hewan ternak sapi di Sumatera Barat, akibatnya banyak tenak yang mati dan Dinas Perternakan Sumatera Barat harus melakukan penutupan pasar ternak di beberapa Kabupaten/Kota.
Peternak sapi sangat khawatir dengan wabah PMK ini yang akan berakibat sapi tidak bisa dijual untuk kebutuhan qurban yang sebentar lagi akan masuk. Ada peternak yang sengaja memelihara sapi dengan tujuan untuk kebutuhan qurban, karena kasus PMK ini sapi tidak bisa mendatangkan keuntungan.
Penulis sangat khawatir juga dengan keadaan ini, harapan semoga Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota bisa menanggulangi, diharapkan sebelum lebaran qurban wabah PMK ini sudah selesai. Ini harapan semua petani.
Jika wabah PMK tetap berlanjut tahun 2022 ini maka Program Unggulan Gubernur Sumbar untuk masyarakat tidak jalan atau bisa batal Progul bantuan ternak (sapi, kambing, kerbau, dan lainya) dari Gubernur Sumbar atau PoKir Anggota Dewan batal untuk masyarakat.
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Sumbar secara teori harus melakukan langkah seperti Penulis jelaskan dibawah ini selain menutup pasar ternak atau melarang terjadinya jual beli ternak yang terkena PMK.
Sapi tidak boleh berpindah dari satu daerah ke daerah lain, atau perlu dilakukan Inovasi Travel Bubble Sapi (Trabas) yakni sebuah cara untuk mencegah penyebaran virus PMK seperti yang dijelaskan oleh Dinas Peternakan Sumbar pada saat pelatihan-pelatihan untuk peternak.
Maksutnya tindakan yang dilakukan yaitu sapi dari kandang awal harus diperiksa terlebih dahulu dan diberikan dibuktikan oleh surat keterangan kesehatan dari daerah asal.
Setelah dinyatakan bebas penyakit baru bisa dijalankan ke daerah tujuan. Selama perjalanan sapi tidak boleh singgah atau berinterkasi dengan sapi lainnya.
Dan sesampainya didaerah tujuan sapi diperiksa dan dikarantina selama 15 hari. Setelah dinyatakan bebas penyakit maka sapi baru dapat dipasarkan atau dipotong.
Agar peternak tidak salah menilai tenaknya terkena PMK maka beberapa ciri-ciri hewan ternak yang terinfeksi PMK, terlihat demam hingga 39-41 derajat Celcius, ada pembengkakan kelenjar, terutama di daerah mandibula/rahang bawah.
Terdapat luka di sekitar mulut, moncong, gusi, kuku, hingga ambing atau payudara sapi. Terlihat produksi air liur tinggi, disaat makan hewan ternak kesulitan menelan makanan dan hewan tidak mau makan. Samping itu hewan ternak bernapas dengan cepat dan kesulitan berdiri.
Disekeliling kaki terdapat luka pada kuku mengakibatkan kuku ternak terlepas. Perlu diketahu bahwa ternak dengan gejala diatas akan dengan mudah menularkan PMK keternak lainnya dan bisa juga menular ke manusia.
Pada dasarnya peternak tidak usah panik, jika terdapat ciri diatas maka secepatnya dilakukan desinfeksi asset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan kandang, mobil, baju, dll.). Setelah itu musnahkan bangkai, sampah, dan semua produk hewan pada area yang terinfeksi.
Terakhir lakukan vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin. Sebagian tergantung pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah yang tak terlepas dari keterlibatan dokter hewan dan Dinas Peternakan Sumbar, serta Kabupaten/Kota.
Penulis berharap semoga wabah PMK di Sumbar cepat berakhir sehingga petani tidak dirugikan dan pemerintah propinsi tetap bisa menjalankan Program penambahan populasi ternak. Jika wabah PMK tetap berlanjut maka Program Unggulan Gubernur Sumbar untuk masyarakat tidak jalan atau bisa batal[*].